December 17, 2002

tegaskan: kamu mau membiarkan ragu mengganggu, atau konfirmasi ke dia, atau... stop.

kata-kata itu mengiang-ngiang dalam gendang telingaku. aku limbung!
seribu satu cambuk memburu tubuhku yang lelah, menempuh seribu satu rimba dan padang gersang. aku tak lagi punya peristirahatan sekarang. dan tiba-tiba aku merindukan rumah persinggahan dalam batinmu yang lapang, untuk sebuah perjamuan. tapi sudahlah! kau mungkin sudah menutup pintu untukku, saat ini. tokh sudah sejak lama kau biarkan aku menunggu di berandamu ini.

setelah aku benar-benar terbang! maka kutemukan bentuk kebebasan yang lain. jauh dari sebuah rasa bahagia. aku tak mengira, kepahitan telah menjelma koin yang kukumpulkan menjadi celengan. dan hari ini, celengan itu dipecahkan. aku telah menjadi serpihan-serpihan yang tak utuh lagi. sayang, jiwaku remuk sudah!

hari ini, aku tak lagi punya peta. bimbang menentukan langkah. mengetuk pintumu? atau berlari jauh meninggalkan masa lalu? menyongsong esok seorang diri? tanpamu? ahh... aku semakin tak tahu arah. aku semakin limbung di persimpangan jalan ini. dan kau....? kau masih menikmati kebahagiaan yang dikirimkan para bidadari dari kahyangan. menikmati pujian dari mentri-mentri dan hulubalang. aku tersernyum getir, menatapmu.

adakah kau tahu? aku masih berdiri di beranda hatimu?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home