December 15, 2003

manusia hidup di atas mimpinya. kesadaran hanyalah hal kecil yang senantiasa terluka oleh tikaman-tikaman mimpi yang terkadang lebih gila dibanding kegilaan itu sendiri. luka kecil yang disebabkan mimpi biasanya semakin besar ketika mimpi lain berkejaran, saling menubruk lantas pecah menjadi kepingan-kepingan.

"kau punya mimpi?"

aku menghela nafas, pasrah akan setiap kalimat yang menjadi seperti tikaman pedang itu, "semua orang punya mimpi. tak terkecuali aku!" jawabku pelan.

"mimpimu apa?"

aku menggigil. tik tak jam terdengar begitu jelas. riuh itu lenyap berganti hening yang mencekam.

"mimpiku?" aku mengulang pertanyaan, seakan-akan aku salah dengar.

"ya, mimpimu apa?"

dunia gelap. banyak kunang-kunang dalam kepalaku. banyak lampu warna-warni dalam mataku.

"aku ingin mati!"

jogja, 06 desember 2003 (21:01)

December 13, 2003

kepada hasta indriyana

kusadari betapa aku merindukan kotaku setelah kubaca tulisanmu. sebuah surat untuk banyak orang. padahal saat membaca tulisanmu itu aku tengah benar-benar membenci kotaku. seminggu kurang lebih aku meninggalkan kotaku. kularikan jasadku jauh meninggalkan kota yang hampir 21 tahun aku hidup di dalamnya. kubawa badanku menjauh dari suasana yang hampir sama setiap saat. kuseret langkahku menuju kotamu.

tapi di kotamu inilah aku disuguhkan rasa rindu yang benar-benar indah lewat tulisanmu. sebetulnya sebuah kejadian yang tanpa sengaja membawaku pada rangkaian tulisanmu. seorang teman membawaku mampir di toko buku Quadrant, aku iseng-iseng membuka-buka beberapa edisi ON/OFF yang lama. di sanalah kubaca tulisanmu. tentang rindu! aku membacanya demikian. meski pada akhirnya aku tahu bahwa tulisan itu dibuat karena faiz yang memaksa. ah, aku tak pedul. yang jelas, setelah membaca tulisanmu itu, aku rindu kotaku. apa pun alasanmu menulis itu semua.

tiba-tiba aku menjadi cengeng. ingin menangis meraung-raung. memanggil semua nama orang-orang yang kucintai. aku ingin pulaaaaaaang! tapi mimpiku mencegah kaki-kaki kecilku berlari ke arah stasiun. beberapa kali aku sudah berhasil sampai di stasiun, tapi aku selalu gagal mengantri untuk membeli tiket. selalu ada dorongan kuat yang menarikku untuk menjauh dari stasiun. lantas kembali bergelut dengan kota ini. meski hanya sekedar bisa survive.

hasta, aku tak pernah benar-benar berniat meninggalkan kotaku. meski pada akhirnya aku memang harus pergi juga. tapi saat ini, aku ingin berlari meninggalkan kotamu lantas mendekap kembali kotaku dalam rengkuhan seorang pejalan. jika akhirnya aku harus pergi dari kotamu, itu hanya semata-mata rinduku yang berdarah-darah pada kotaku.

hasta, aku mencintai kotaku. tapi aku lebih mencintai perjalanan itu sendiri.

jogja, 07 desember 2003

December 11, 2003

duniaku gelap!

December 02, 2003

aku mulai menulis lagi ketika semua telah hilang
lenyap dalam sebuah kepergian. pelarian akan nasib
yang sarat pengabdian

mimpi yang terpendam jutaan tahun silam telah datang
dan menyambut jiwaku dengan senyum sinisnya
yang menghantam jantung

"welcome to the jungle! sebab yang kuatlah
yang akan menang. dan kau hanya sezarah debu
yang tak terlihat. begitu lemah.." sebuah suara menggema
nyaring di telinga. mendengung seperti gasing

aku terhempas pada sebuah pusara. buih yang menghitam.
kental. siap menelan tubuhku agar lenyap dari muka bumi.
aku menggigil seperti cacing. kedinginan.

tapi kaki telah melangkah, tak ada kata mundur
dalam kamus seorang pejalan. maka melangkah lagi adalah
hal yang harus diambil. jangan berhentiii.. semasih kaki
bisa melangkah. melangkahlah.. meski hanya dalam diam*

*) sebuah lirik dari lagu iwan fals (judulnya lupa)